Oleh : #ToraSwarnaDiva
"Mengapa hasil mixdown musik anda menjadi sempit padahal seluruh kanal stereo sudah di split dan panned ?"
"Mengapa suara gitar menjadi bertumpuk dan mengganggu kejernihan ?"
"Mengapa vocal menjadi tidak blend dengan musik ?".
"Mengapa musik menjadi tidak bertenaga dan kerempeng, padahal sudah di beri punch sedemikian rupa ?"
___________________
Semua itu adalah permasalahan : "Tonal Balance".
Di mana contoh permasalahan di atas kerap di alami oleh para engineer dan produser musik amatir.
Menghasilkan 'Tonal Balance' yang baik adalah salah satu aspek tersulit di dalam melakukan mixing sebuah musik.
Kemampuan di dalam membuat Tonal Balance yang baik pada musik bukan hanya persoalan memahaminya secara teknis. Atau dapat dilakukan hanya dengan menggunakan bantuan 'Spektrum Analyzer'.
Kemampuan ini adalah kemampuan yang harus di asah lengkap :
1. Referensi Genre Musik (yang sedang di mix). Serta musik pembanding dengan Tonal Balance yang bagus.
2. Referensi terhadap karakter & spektrum frekuensi setiap instrument musik yang berbeda - beda.
3. Taste Musikal.
Sehingga, sekalipun seorang engineer tidak menggunakan bantuan analyzer (mata), maka telinganya sudah sangat terlatih dengan baik.
Tonal Balance berarti ; Menyeimbangkan bunyi musik di seluruh spektrum frekuensi.
Dalam hal ini berarti dapat juga disebut sebagai, bagaimana menganalisis keseimbangan 'Spectral'.
Melakukan tugas mixing secara umum adalah mengelola bunyi musik. Yaitu bagaimana menggabungkan dan mengendalikan seperti kelebaran sinyal stereo, kejernihan dan melakukan EQ, Melakukan kompresi dan memberikan FX reverb dan delay.
Namun itu bukanlah tujuan utama dari mixing. Tujuan dari Mixing adalah bagaimana menghasilkan keseimbangan 'tonal'. Yang berarti bagaimana melakukan distribusi energi di seluruh rentang spektrum frekuensi dengan seimbang.
Dan ini bukan hanya sekedar bergantung pada mata, telinga dan hapalan angka - angka frekuensi. Oleh karena itulah mixing adalah sebuah seni. Puncak dari yang dibutuhkan adalah taste musikal dari yang melakukan mixing.
Tonal Balance pada : Mixing
Seperti seorang yang baru belajar memasak. Pertama dirinya akan menggunakan petunjuk dan resep dari seluruh buku memasak. Ia ikuti seluruh aturan. Bawang sejumlah ini, garam sejumlah ini dan gula sejumlah ini. Namun, mengikuti secara literlek akan menjadi bermasalah. Misal ketika harus diberi tugas memasak dalam porsi yang berbeda. Demikian pula seorang pelukis dan artis design grafis yang akan melakukan pekerjaan mewarnai. Modulnya hanya berlaku untuk ukuran yang sama.
Bagaimana dalam musik ?
Anda mempelajari modul untuk melakukan mixing dan EQ untuk 2 track gitar. Genre musik A. Bagaimana jika diberi tugas untuk melakukan mixing 12 track gitar yang genrenya adalah musik B ?. Ini tentu berbeda.
Tonal Balance, adalah tentang frekuensi yang membentuk suara melalui energi di seluruh spektrum audio. Untuk mendapatkan keseimbangan Tone yang tepat. Frekuensi tersebut harus memiliki energi yang kira-kira sama di seluruh spektrum.
Misal ; Jika bunyi berfrekuensi mid high terlalu mendominasi, maka spektrum vocal akan terganggu. Lalu kita berfikir Mid Vocal juga harus di boost, demikian pula Volume. Hasilnya, Vocal dan musik menjadi tidak nge-blend. Hasil mixi
Maka, frekuensi Low dan High harus muncul dalam proporsi yang tepat agar Tonal Balance menjadi baik.
Proses untuk mendapatkan Tone yang seimbang dimulai sebelum mixing, dan tidak ada gunanya melakukan pembenahan pada sesi 'Mastering'. Jila Tonal Balance pada Mixing sudah berantakan. Bahkan, produksi Tonal Balance yang baik harus sudah fokus pada pemerataan energi di seluruh spektrum saat sesi merekam instrument (Tracking). "Inilah yang membedakan seorang Producer Musik Pro dengan yang Amatir".
Produser musik Pro akan sangat telaten dan hati - hati di dalam menghasilkan bunyi Tone di setiap Track. Dan sudah men-design sound keseluruhan di fikirannya. Sebelum merealisirnya di studio rekaman. Oo, lirik lagunya begini dan musiknya mood seperti ini, maka sound Piano & Pad harus seperti begitu, sound drum harus seperti ini dan sebagainya. Yaitu, agar hasil akhir dari Tonal Balance dapat mewakili artistikal seni musik secara integral. Dan memberikan Ambience & Vibes yang sesuai.
Dan bahkan ini telah dimulai juga pada saat melakukan Miking. Penggunaan & Penempatan Mikrofon yang sesuai dan membuat pilihan instrumen virtual, plugin VST, dan sampel yang sesuai Tone-nya.
Variasi nada juga mempengaruhi Kontribusi frekuensi terhadap spektrum. Aransemen musik yang hebat berarti adala melakukan keseimbangan dan kestabilan di dalam meletakkan kapan nada tinggi, menengah, dan rendah harus dibunyikan. Atau pada Octave berapa ?.
Mencoba berbagai sampel, instrument virtual, atau merekam ulang track sama dengan Tone berbeda dapat mengatasi ketidakseimbangan kualitas Tone. Dan dapat memberikan alternatif pada saat dibutuhkan. "Sehingga untuk menghasilkan Tonal Balance yang baik pada saat Mixing dapat lebih mudah".
Mixing yang otentik adalah apabila seluruh Tone bersumber dari hasil bebunyian yang juga orisinil. Tone yang tidak terlalu banyak bersumber dari modifikasi atau di boost EQ terlalu banyak. EQ lebih baik digunakan untuk Cut, bukan Boost. Tapi, terlalu banyak melakukan Cut juga akan mengubah Tone orisinil.
Melakukan EQ, adalah bagaimana Frekuensi Low & High menjadi lebih bersih. Tapi sedapat mungkin, jangan menghilangkan Tone Orisinil. Para Amatir sering melakukan ini. Sehingga, Tonal Balance tidak tercapai. Hasilnya, audio yang kerempeng. Bahasa teknisnya, tidak memiliki Depth .
Atasi Fenomena : Sound Masking.
Apa gunanya mendengarkan 'Musik Symphony & Orkestra' ?.
Yaitu, untuk melatih telinga dan mata (jika menggunakan analyzer), di dalam menginternalisasi berbagai kurva dari frekuensi dari berbagai macam instrument musik. Kurva Frekuensi instrument musik orkestra adalah kurva frekuensi yang orisinil.
Karena di dalam 4 Prinsip terpenting di dalam menulis Musik Orkestra, salah satunya adalah : "BALANCING'. Yaitu tentang, kapan String berbunyi kapan diamnya. Kapan Woodwind berbunyi dan kapan diamnya. Dan lainnya. Atau, kapan Bass instrument berbunyi dan kapan harus diam. Kapan Alto instrument berbunyi dan kapan diamnya.
Sedangkan di dalam mixing musik pada dasarnya ini sudah lebih mudah. Karena ada Fader dan tombol Mute. Dan bahkan ada Automation di setiap DAW.
Jadi, kita bisa memanfaatkannya. Kapan Track (dengan Tone tertentu) menjadi lebih muncul pada bagian musik tertentu. Dan kapan dia lebih di belakang.
Ini semua adalah untuk mengatasi fenomema : Sound Masking.
Sound Masking adalah fenomena Psikoakustik. Yaitu, apabila terdapat 2 suara dengan karakter frekuensi yang sejenis, maka Telinga dan Otak manusia akan cenderung untuk mendengarkan yang volumenya lebih keras. Yang lebih pelan akan diabaikan oleh telinga.
Tapi, fenomena ini juga dapat digunakan untuk tujuan menyembunyikan suara tertentu.
Sebagai contoh :
Import 3 instrumen ke dalam DAW. Misal kick drum, gitar bass, gitar akustik, dan vokal
Semua fader di bawah, dan semua suara di center.
Naikkan level vokal sehingga akan terdengar seperti suara biasa dengan rentang frekuensi yang baik.
Sekarang saatnya mengatur volume. Nyalakan gitar akustik secara perlahan dan dengarkan, bukan gitarnya melainkan vokalnya; perhatikan bagaimana nada suara vokal berubah seiring dengan semakin kerasnya gitar akustik dan 'menutupi' frekuensi vokal tertentu. Naikkan gitar sepenuhnya, dan vokalnya menghilang. Matikan gitar, dan vokal kembali!
Lakukan hal yang sama dengan gitar bass untuk mendengarkan bagaimana gitar bass menutupi suara lainnya.
Maka, temukan keseimbangan 'Tonal Balance' dari metode sederhana di atas.
Tentu saja ada beberapa metode lainnya, yang tidak mungkin kita bedah keseluruhannya karena keterbatasan ruang. Lain waktu akan kita bedah dalam artikel lanjutan.
Jika anda merasa terlalu sulit dan tidak memiliki waktu cukup untuk menemukan Tonal Balance terbaik untuk Mixing & Mastering anda. Silahkan untuk menghubungi jasa profesional kami. #ToraNews
Hotline : 083160411154
Email : swarnabumi.music.co.id@gmail.com
Comments